Raja raja Majapahit
1. Kerta rajasa jayawardana / R. Wijaya
2. Sri Jayanegara
3. Tribhuwana Wijayatungga dewi
4. Sri rajasa negara / Hayam wuruk
5. Bra hyang wisesa aji wikrama /wikrama wardhana
6. Suhita / Prabu Stri Suhita
7. Brawijaya 1 / dyah kerta wijaya / Sri Maha Raja Parakawardhana
8. Brawijaya 2 / rajasawardana / Dyah Wijayakumara
9. Brawijaya 3 / girishawardhana / Dyah suryawikrama
10. Brawijaya 4 / Bhre Pandansalas
11. Brawijaya 5 / Bhre kertabumi
12. Brawijaya 7 / Bhre Pamotan
13. Brawijaya 8 / Bathara i keling, Girindra wardana
14. Brawijaya 9 / Adipati asmara pura,
2. Sri Jayanegara
3. Tribhuwana Wijayatungga dewi
4. Sri rajasa negara / Hayam wuruk
5. Bra hyang wisesa aji wikrama /wikrama wardhana
6. Suhita / Prabu Stri Suhita
7. Brawijaya 1 / dyah kerta wijaya / Sri Maha Raja Parakawardhana
8. Brawijaya 2 / rajasawardana / Dyah Wijayakumara
9. Brawijaya 3 / girishawardhana / Dyah suryawikrama
10. Brawijaya 4 / Bhre Pandansalas
11. Brawijaya 5 / Bhre kertabumi
12. Brawijaya 7 / Bhre Pamotan
13. Brawijaya 8 / Bathara i keling, Girindra wardana
14. Brawijaya 9 / Adipati asmara pura,
Perlu di ketahui, artikel yang penulis sampaikan ini adalah berasal dari pengetahuan penulis, penulis juga tidak membenarkan apa yang penulis sampaikan dalam artikel ini, dan hanya bermaksut membagi pengatahuan melalui Web GPM ini.
Sumber sumber yang saya ambil juga banyak, temasuk mencocokan dengan sumber yang sudah ada di Google dan buku buku sejarah. Meski begitu kecenderungan saya lebih saya tekan pada analisa dan pengamatan melalui segi spiritual dan kacamata spiritual, sehingga banyak kejadian dan kisah yang mungkin sedikit berbeda dengan sejarah atau kisah yang sudah beredar di masyarakat.
Seperti hanya kisah tentang Brawijaya, kisah tentang Damar wulan dsb.
Mohon di baca dengan bijaksana dan komentar dengan baik jika memang di butuhkan, Rahayu
1. Kerta rajasa jayawardana / R. Wijaya
2. Sri Jayanegara
3. Tribhuwana Wijayatungga dewi / Ratu kencana ungu I / Sri Gitaraja
4. Sri Rajasa Negara / Hayam wuruk
5. Bra Hyang Wisesa aji wikrama / Wikrama wardhana
3. Tribhuwana Wijayatungga dewi / Ratu kencana ungu I / Sri Gitaraja
4. Sri Rajasa Negara / Hayam wuruk
5. Bra Hyang Wisesa aji wikrama / Wikrama wardhana
6. Suhita / Prabu Stri Suhita / Ratu Kencana Ungu II.
Putri Suhita Adalah anak dari Wikramawardhana dengan selir Ratu Daha atau Kahuripan.
Setelah wahyu keraton hilang dari Wikramawardana ternyata Wahyu itu Turun ke Putri Suhita yang saat itu masih muda dan kemudian di agkat menjadi Ratu majapahit yang memimpin di daerah Daha.
Saat masa pemerintahanya, kerajaan Blambangan yang di pimpin oleh Adipati minak Jinggo ingin mengawini Putri Suhita,
Karena menurut penasehat spiritual blambangan, siapa yang dapat mengawini Putri Suhita Akan menjadi Raja di Nusantara ini.
Karena menurut penasehat spiritual blambangan, siapa yang dapat mengawini Putri Suhita Akan menjadi Raja di Nusantara ini.
Oleh sebab itulah yang membuat Minak jinggo bersikeras ingin menikahi Ratu kencana ungu atau Putri Suhita. Padahal istrinya juga sudah double alias 2 istri 😁😁😁.
Karena penolakan lamaran, Adipati minak jinggo pun merasa tersinggung dan melakukan pemberontakan. Peperangan terjadi di daerah lumajang antara Blambangan dan majapahit, loksinya saat ini berada di tugu dekat alun2 Lumajang. Peperangan di menangkan oleh pihak blambangan, Patih yang di kirim Majapahit mati terbunuh oleh pukulan Godo Wesi kuning hanya dengan sekali pukul. Kemudian Minakjinggo memberikan waktu kepada Putri Suhita untuk memikirkan lamaranya tersebut.
Karena merasa terancam dan beberapa saudaranya tidak memberikan bantuan kekuatan prajurit akhirnya membuat Putri Suhita kebingungan dan cemas akan nasibnya dan nasib kerajaan majapahit.
Penasehat spiritual memerintahkan beliau untuk bertapa dan meminta petunjuk ke Sang Hayang Widhi. Ala hasil mendapatkan pentunjuk lambang berupa kesatria muda dari murid Dari Raden Gajah Mada.
Kemudian beliau membuatkan sayembara siapa yang bisa membunuh minakjinggo ialah yang akan menjadi suaminya.
Singkat cerita Damar Wulan lah yang berhasil memenangkan Sayembara itu. Kepala minakjinggo saat ini di tanam di bawah gunung perahu daerah Watu kosek, Gempol Pasuruan.
Damar Wulan adalah anak biasa yang saat itu masih kecil berada di daerah madakaripura saat ini. Saat Maha Patih Gajah Mada memutuskan untuk keluar dari majapahit karena fitnah dan tuduhan, beliau pergi ke pegunungan dan menganti nama menjadi Resi Manik Moyo. Pakainya berganti putih, dan pakaian bangsawanya di buang. Di sana beliau bertapa untuk mendito.
Di saat bulan purnama beliau menemukan seorang anak yang sesang membakar api unggun di bawah sinar Bulan Purnama.
Saat beliau melihat anak itu, ternyata ada wahyu keraton bercahaya biru keputihan turun padanya. Sang Resi Manik Moyo adalah orang waskito yang sangat mudah kalo hanya melihat sebuah wahyu. Saat wahyu turun sang Resi sudah menduga bahwa ia akan menjdi seorang Raja. Akhirnya beliu menghampirinya dan mengangkatnya menjadi murid, sekaligus memberikan nama baru yaitu Damar Wulan (anak yang membuat damar saat bulan pernama). Dari situlah damar wulan di didik dan di arahkan untuk mengabdi ke majapahit setelah mendapatkan kesaktian dan bekal yang cukup.
Di saat bulan purnama beliau menemukan seorang anak yang sesang membakar api unggun di bawah sinar Bulan Purnama.
Saat beliau melihat anak itu, ternyata ada wahyu keraton bercahaya biru keputihan turun padanya. Sang Resi Manik Moyo adalah orang waskito yang sangat mudah kalo hanya melihat sebuah wahyu. Saat wahyu turun sang Resi sudah menduga bahwa ia akan menjdi seorang Raja. Akhirnya beliu menghampirinya dan mengangkatnya menjadi murid, sekaligus memberikan nama baru yaitu Damar Wulan (anak yang membuat damar saat bulan pernama). Dari situlah damar wulan di didik dan di arahkan untuk mengabdi ke majapahit setelah mendapatkan kesaktian dan bekal yang cukup.
Setalah ia menjadi Raja, ia mendapatkan Gelar Brawijaya (Bra : anak, wijoyo : berjaya). Ia adalah anak biasa yang berjaya.
Menurut Analisa penulis dari segi kacamata spiritual beliaulah yang pertama kali mendapatkan Gelar Brawijaya.
"Namun dalam beberapa sejarah dan babad tanah jawa, di kisahkan bahwa brawijaya pertama adalah Kertawijaya."
Menurut Analisa penulis dari segi kacamata spiritual beliaulah yang pertama kali mendapatkan Gelar Brawijaya.
"Namun dalam beberapa sejarah dan babad tanah jawa, di kisahkan bahwa brawijaya pertama adalah Kertawijaya."
Karena anak turunya tidak ada yang mendapatkan wahyu keraton, maka kekuasaan Majapahit turun ke Dyah Kertawijaya adik dari Putri Suhita. Dan menurut pandangan penulis ia juga mendapat gelar Brawijaya ke 2 karena mengantikan Brawijaya pertama tanpa wahyu keraton.
7. Brawijaya 1 / Dyah kertawijaya / Sri Maha Raja Parakawardhana
Beliau berkuasa di Daerah Tumapel/ malang untuk saat ini, dan bergelar Bhre Tumapel.
Menurut beberapa Ahli spuritual, memang kelak yng akan menghasilkan Raja raja di tanh Jawa adalh ank turun Dyah Kertawijyaa. Terbukti bnayak wahyu keraton turun pada anak turunya.
Beliau berkuasa di Daerah Tumapel/ malang untuk saat ini, dan bergelar Bhre Tumapel.
Menurut beberapa Ahli spuritual, memang kelak yng akan menghasilkan Raja raja di tanh Jawa adalh ank turun Dyah Kertawijyaa. Terbukti bnayak wahyu keraton turun pada anak turunya.
8. Brawijaya 2 / Rajasawardana / dyah wijayakumara/ Bhre Keling
Memerintah majapahit selama 2 tahun saja, kekuasaanya berada di kediri/Kahuripan daerah keling.
Memerintah majapahit selama 2 tahun saja, kekuasaanya berada di kediri/Kahuripan daerah keling.
9. Brawijaya 3 / Girishawardhana / Dyah Suryawikrama
Memerintah kerajan majapahit selama kurang lebih 10 tahunan di daerah wengker.
Karena usianya yang sudah Tua, dan akhirnya meninggal. Setelah itu belum ada raja baru, di karenakan belum ada wahyu yang turun.
Kemudian selama kurang lebih 2 Tahun Wahyu keraton turun ke Pandansalas.
Memerintah kerajan majapahit selama kurang lebih 10 tahunan di daerah wengker.
Karena usianya yang sudah Tua, dan akhirnya meninggal. Setelah itu belum ada raja baru, di karenakan belum ada wahyu yang turun.
Kemudian selama kurang lebih 2 Tahun Wahyu keraton turun ke Pandansalas.
10. Brawijaya 4 / Bhre Pandansalas / Dyah Suraprabwa / Bhre Tumapel
Anak dari Girisha wardana, memimpin majapahit selama 7 Tahunan kemudian kepemimpinan di serahkan ke Pada pamanya Raden Alit.
Anak dari Girisha wardana, memimpin majapahit selama 7 Tahunan kemudian kepemimpinan di serahkan ke Pada pamanya Raden Alit.
11. Brawijaya 5 (Brawijaya ke 6 versi penulis) / Bhre Kertabumi / Raden Alit / Ongkowijoyo adalah Ayah dari banyak tokoh agung di jawa, termasuk Raden Patah, Raden Bondan kejawan, lembu kanigoro atau Bhatara Katong, dll.
Prabu Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V dari Majapahit memiliki banyak istri sehingga raja terakhir Majaphit itu juga mempunyai banyak anak. Analisa yang saya dapat beliau memiliki 28 istri dan dari masing masing selir itu memiliki anak, ada yang 1 anak ada yang 2,3 dan 4 anak, anaknya kurang lebih sekitar 93. Mungkin salah satu pembaca ada yang juga keturunanya hehehe. Bayangka saja berapa saat ini anak turun beliau. Mungkin sudah ada ribuan anak turunya.
Istri istri itu di dapat dari hadiah kerajaan lain sebagai lambang ikatan, beberapa juga ada yang sengaja di berikan untuk menjadi selir dan hanya sekedar di ambil keturunnya saja. Perkawinan dengan istri dari Negeri Champa yang satu, Dewi Murdaningrum Lahir Raden Hasan atau Jien Boen atau Al-Fatah (Raden Fatah). Dari istri Ponorogo lahir Bathara Katong dan Adipati Lowano. Jadi antara Raden Fatah dengan Bathara Katong masih ada garis keturunan se-ayah. dari istri Wandan, yang berkulit kehitam-hitaman lahir Ki Bondan Kejawan atau Ki Lembu Peteng atau Ki Ageng Tarub III, dan dari istri dar Champa kedua, Dewi Andarwati, lahir Raden Panggung, Puteri Hadi, dan Aria Gugur. Dari beberapa anak Prabu Brawijaya hanya dua anak yang mendapat catatan khusus dari beberapa buku Babad Tanah Jawi, yaitu Raden Fatah dan Ki Bondan Kejawan. Sebab diramalkan bahwa keturunan anak dari perkawinannya dengan puteri Wandan yang satu itu akan menurunkan raja-raja yang menguasai tanah Jawa.
Suksesi pemerintahan Majapahit periode 1468-1518 memasuki masa kehancuran, fakta sejarah menganggap Kerajaan Majapahit terakhir di bawah kekuasaan rabu Kertabhumi atau Brawijaya V. Adapun raja-raja Majapahit penerusnya berada pada era perebutan kekuasaan dan perang saudara. Jadi Brawijaya VI, VII merupakan Suksesi Majapahit dengan wilayah yang sudah terpecah belah, saling memisahkan diri dan para keturunan Raja-raja Majapahit saling mengklaim sebagai penerus Majapahit. Brawijaya VI (1478-1498) dengan Raja Girindrawardhana putra Raja Singha Wikramawardhana Brawijaya VII (1498-1518) dengan Raja Patih Udara
Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat dari Jawa Tengah yang mengisahkan tentang kehidupan Ki Jaka Tarub yang setelah tua bergelar Ki Ageng Tarub, tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur raja-raja Kesultanan Mataram, dari pihak putrinya, yaitu yang bernama Retno Nawangsih.
Suatu hari Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi. Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang. Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih. Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa. Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut. Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja.
Pernikahan Nawangsih Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub, dan bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub. Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersama di desa Tarub. Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan. Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa. Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.
Prabu Kertabhumi memerintah majopahit kurang lebih selama 10 tahun
Berikutnya yang meneruskan adalah putranya yang bernama Mertawijaya
Berikutnya yang meneruskan adalah putranya yang bernama Mertawijaya
12. Brawijaya 7 Bhre Pamotan / Raden Mertawijaya
Bhre Pamotan semasa kecil beliau di didik oleh Adipati Pamotan, kemudian setelah naik tahta letak keraton majapahit di pindah ke daerah lereng gunung kelud berdekatan dengan keraton ayahnya.
Saat kerajaan Majapahit ini di Pimpin oleh Bhre Pamotan, saudaranya yang bernama Girindrawardhana ingin mengambil tumpu kekuasaan, di masa ini terjadi kudeta dan perselisihan antar saudara kandung,
Saat itu Girindrawardhana di beri kekuasaan di daerah keling dan memimpin daerah itu, karena merasa ia lebih layak dari pada saudaranya yang bernama Bhre Pamotan, akhirnya beliau merencanakan untuk menyerang dan mengambil alih kerajaan majapahit.
Saat itu Girindrawardhana di beri kekuasaan di daerah keling dan memimpin daerah itu, karena merasa ia lebih layak dari pada saudaranya yang bernama Bhre Pamotan, akhirnya beliau merencanakan untuk menyerang dan mengambil alih kerajaan majapahit.
Gindrawardhana saat itu bergelar bhre keling dan Bathara i keling.
Karena kesaktian beliau saat itu sanggat tinggi setara dengan Bhatara maka beliau di beri gelar Bhatara. Kesaktian beliau saat itu memang sanggat tinggi, aji Waringin Sungsang yang beliau kuasai sangat matang, bahkan lebih kuat dari milik saudaranya yang lain. Kesaktianya bisa di bilang menyamai kesaktian ayahnya.
di masa kericuhan itu Bhre kerthabumi sudah memasuki usia tua, dan terkena sebuah penyakit. Saat meningalnya beliau, saat itulah Bhre i keling menyerang kerajaan majapahit, terjadi perang saudara merebutkan tahta kekusaan.
Perangpun di menangkan oleh Bhre i Keling, dan memboyong semua pusaka majapahit ke keling. Dari kejadian itu banyak korban dari keluarga raja yang meninggal, dan sebagian melarikan diri, ada yang ke bali, ke Ampel, ke Demak, ke lawu dan ke bromo.
Raden Asmara Pura berhasil lari ke Bali.
Setelah kejadian itu, kerajaan majapahit ibukotanya di pindah ke keling kediri.
13. Sang maha Prabu Brawijaya 8/ Bhatara i keling, Girindrawardana / Bhatara Rana Wijaya. Memimpin selama 20 tahunan. Di daerah keling daerah kediri, saat itu masih sering di sebut Daha.
Kemenangan beliau tidak lain karena pasukan tempurnya di pimpin oleh Para Mpu, terutama Mpu Supo. Para mpu di kerahkan untuk mengatur strategi dan siasat, karena para mpu ahli dalam mencari ilham akhirnya dengan mudah mengambil tumpu kekuasaan Majapahit.
Di masa itu, Bhre I keling tidak di anggab seorang raja penguasa majapahit, melainkan di anggab sebagai pemberontak, aplagi di mata orang orang Demak. Sehingga gelar beliau Brawijaya ke 8 tidak di akui oleh orang orang luar, hanya di akui oleh orang2 keling dan keluarga Majapahit yang masih setia dengan Majapahit.
Pada masa itu banyak kadipaten yang melepaskan diri dari Majapahit dan memilih bersekutu dengan Kerajaan Demak.
Kerajaan demak pun semakin kuat dan semakin banyak sekutu, hingga membuat Bhre I keling merasa teramcam dan merasa tersaingi.
Di masa itu, Bhre I keling tidak di anggab seorang raja penguasa majapahit, melainkan di anggab sebagai pemberontak, aplagi di mata orang orang Demak. Sehingga gelar beliau Brawijaya ke 8 tidak di akui oleh orang orang luar, hanya di akui oleh orang2 keling dan keluarga Majapahit yang masih setia dengan Majapahit.
Pada masa itu banyak kadipaten yang melepaskan diri dari Majapahit dan memilih bersekutu dengan Kerajaan Demak.
Kerajaan demak pun semakin kuat dan semakin banyak sekutu, hingga membuat Bhre I keling merasa teramcam dan merasa tersaingi.
Saat itu Kalaupun Perang kemungkinan akan di menangkan keling, karena Para Mpu masih mendukung penuh keling. Kondisi itu segera di sadari oleh para Wali songgo, mereka pun melakukan rapat atau berkumpul di masjid demak untuk membicarakan kekuatan keling.
Hasil yang di dapat adalah Sunan Kalijaga harus membujuk Mpu Supo/adik iparnya untuk tidak ikut capur dan kembali ke sedayu.
Karena kekutan terbesar saat itu salah satunya berasal dari Mpu Supo.
Kemudian Sunan Kalijogopun menemui Mpu Supo dan melakukan dialog. Karena Sunan Kalijaga adalah kakak iparnya maka beliaupun akhirnya meninggalkan keling dan kembali ke sedayu.
Ternyata setelah bertemu dengan Mpu supo, Sunan kalijogo tidak langsung kembali ke Demak, melainkan berada di keling dan menjadi tamu kerajaan keling.
Di situlah terjadi dialog Sunan Kalijaga dengan Bhatara I Keling. Hasil dari dialog itu mendapatkan hasil sang Prabu memeluk agama islam. Dengan kelembutan dan karomahnya membuat hati sang Prabu tersentuh dan memeluk islam, meski berita ini sangat di rahasiakan karena sang prabu masih tidak ingin banyak orang tau bahwa ia berpindah agama.
Meski telah beraga Islam, namun perselisihan dengan demak tetap terjadi
Hingga akhirnya demak menyerang kerajaan keling, kekuatan keling yang sudah menurun karena hilangnya Para Mpu terutama mpu supo, membuat keling kewalahan menghadapi demak, sekutu demak sengat banyak, keling di kepung dari segala arah, setiap prajurit majapahit di bunuh oleh prajurit demak.
Meski prajurit majapahit sanggat tanguh dan banyak yang sakti, namun tidak mampu menahan serangan bertubi tubi dari prajurit demak. Jika jumblahnya sama kemungkinan besar akan di menangkan prajurit majapahit.
Saat mendengar kabar kalahnya prajurit majapahit, Bhre I keling pun melarikan diri ke selatan dan ke barat. Kalaupun melawan, ia mungkin bisa membunuh 100 atau 200 prajurit demak, namun setelah tenaganya habis pasti ia akan terbunuh. Karena beberapa Pasukan demak juga ada yang khusus dan memiliki kesaktian tinggi, meski tidak akan manpu berduel dengan Bhatara i keling.
Sehingga penasehat keraton pun menyarankan agar sang prabu menyelamatkan diri.
Beberapa angota raja yang menyerahkan diri tidak di bunuh, hanya di sandera untuk di amankan.
Bhatara I keling lari ke selatan dan ke barat ke arah Alas Mentaok / Mentaram, larinya Sang Prabu memutuskan dirinya untuk melakukan moksa. Sebelum beliau pergi beliau berpesan kepada para angota kerajaan bahwa ia akan melakukan moksa.
Karena berita itu di dengar oleh Kanjeng Sunan Kelijaga, akhirnya di susul oleh Kanjeng Sunan sampai bertemu di daerah Batur dekat Gunung Kidul.
Karena berita itu di dengar oleh Kanjeng Sunan Kelijaga, akhirnya di susul oleh Kanjeng Sunan sampai bertemu di daerah Batur dekat Gunung Kidul.
Di tempat tersebut Sunan Kalijaga berniat mencegah sang prabu untuk moksa, karena itu tidak ada dalam syariat islam. Namun Sang Prabu bersikeras dan tidak mau mendengarkan wejangan Sunan Kalijaga.
Terjadilah dialog yang memuncak, yang menyebabkan perdepatan yang cukup tinggi pada saat itu, itulah kenapa daerah tersebut di kenal dengan nama Batur yang bermakna "babatan tutur".
Terjadilah dialog yang memuncak, yang menyebabkan perdepatan yang cukup tinggi pada saat itu, itulah kenapa daerah tersebut di kenal dengan nama Batur yang bermakna "babatan tutur".
Dari dialog meningkat keperdebatan, sampai di harus di akhiri dengan adu kesaktian,
Pertempuran yang sangat panjang, keduanya saling mengunakan kesaktian yang luar biasa, tidak ada mahluk gaib yang berani melihat dengan jarak dekat, karena pasti akan kena samberanya.
Pertempuran yang sangat panjang, keduanya saling mengunakan kesaktian yang luar biasa, tidak ada mahluk gaib yang berani melihat dengan jarak dekat, karena pasti akan kena samberanya.
Pertempuran tersebut membuat alam di sekitarnya terasa panas, agin bertiup tidak teratur, semua hewan menjauh dan kekuatan gaibnya di rasakan sampai berkilo kilo meter. Sapdo Palon sampai merasakan Getaran tersebut, sehingga membuat ia merasa penasaran.
Pertempuran tersebut berlangsung lama, keduanya sama sama kebal terhadap serangan pukulan pelumpuh. Karena keduanya tidak ingin saling membunuh,
Sampai akhirnya Sang Prabu merapal Aji waringin sungsang, dan di hantamkan ke Kanjeng Sunan, membuat Kanjeng sunan Lemah dan tidak berdaya, semua ilmu beliau seolah olah tidak mampu menahanya dan menjadi lemah. Emosi sang prabu meningkat sehingga ia mengeluarkan aji pamungkasnya, ketika ingin di akhiri dan ingin menghantamkan pukulanya untuk kedua kalinya, Kanjeng Sunan Mengaku kalah. Pertempuranpun berakhir dan di menangkan Sang Prabu. Kanjeng sunan pun mengakui bahwa masih banyak yang harus di pelajari dari tanah jawa ini.
Dan di sinilah yang di maksut Prabu Brawijaya melahirkan seorang anak adalah Kanjeng Sunan Kalijaga yang baru, yang berusaha memahami keluhuran tanah jawa.
Kemudia Sang Prabu Membawa Kanjeng Sunan ke bawah air terjun banyunibo untuk di Ruwat, dan kemudian secara gaib di panggilkan Sabdo Palon untuk memberikan ajaran dan wedarannya.
Di situ pula sang Prabu memberikan Aji Waringin Sungsang kepada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Di situ pula sang Prabu memberikan Aji Waringin Sungsang kepada Kanjeng Sunan Kalijaga.
Cerita yang tidak terkuak adalah, bahwa Sunan kali jaga kemudian di ajak ke suatu goa dekat air terjun tersebut. Sedangkan Sang Prabu melanjutkan perjalananya ke selatan.
Sapdo palon mengajak Kanjeng sunan bersemedi di punggung bukit, dan memberikan banyak wedaran tentang keluhuran tanah jawa.
Serta memberikan dua syarat kepada Kanjeng Sunan, syarat pertama yaitu ajaran agama yang harus di sebarkan harus melalui jalur nguri nguri budaya. Karena pada saat itu para wali melakukan penyebaran agama islam dengan penghancuran besar besaran oleh kerajaan demak pada semua atribut jawa dan kebudayaan jawa. Mulai dari buku, perilaku, bangunan, kesenian sampai pakaianpun harus di ubah.
Sapdo palon mengajak Kanjeng sunan bersemedi di punggung bukit, dan memberikan banyak wedaran tentang keluhuran tanah jawa.
Serta memberikan dua syarat kepada Kanjeng Sunan, syarat pertama yaitu ajaran agama yang harus di sebarkan harus melalui jalur nguri nguri budaya. Karena pada saat itu para wali melakukan penyebaran agama islam dengan penghancuran besar besaran oleh kerajaan demak pada semua atribut jawa dan kebudayaan jawa. Mulai dari buku, perilaku, bangunan, kesenian sampai pakaianpun harus di ubah.
Syarat yang kedua adalah Kanjeng Sunan kalijogo setelah ini harus melakukan pamit atau ijin kepada para danghyang di pulau jawa. Dari Banten sampai ke Banyuwangi.
Itu kenapa hanya kanjeng Sunan kalijaga adalah wali yang di restui oleh semua gaib tanah jawa sewaktu itu, dan ajaranya berjalan lancar dan mudah, bahkan lebih pesat dari wali lainya.
Itu kenapa hanya kanjeng Sunan kalijaga adalah wali yang di restui oleh semua gaib tanah jawa sewaktu itu, dan ajaranya berjalan lancar dan mudah, bahkan lebih pesat dari wali lainya.
Setelah runtuhnya keling, semua pusaka kerajaan majapahit di boyong ke Demak, termasuk pusaka kyai Sengkelat, Kyai Nogo Sosro, Kyai Sabuk Inten dll.
Bagi masyarakat Nusantara saat itu menganggab bahwa Majapahit sudah runtuh dan habis, namun bagi orang2 majapahit yang berhasil melarikan diri ke bali, masih meyakini adanya wahyu keprabon yang turun,
Dan memang benar wahyu tersebut turun ke Adipati Asmara Pura, yang berada di Bali
Bagi masyarakat Nusantara saat itu menganggab bahwa Majapahit sudah runtuh dan habis, namun bagi orang2 majapahit yang berhasil melarikan diri ke bali, masih meyakini adanya wahyu keprabon yang turun,
Dan memang benar wahyu tersebut turun ke Adipati Asmara Pura, yang berada di Bali
14. Brawijaya 9 / adipati asmara pura,
Meski tidak di akui gelarnya sebagai Brawijaya ke 9, namun anggota dan para pengikut setia majapahit menganggab bahwa beliau adalah Raja majapahit, karena wahyu keprabon yang turun padanya, meski tidak membawa nama kerato majapahit lagi.
Meski tidak di akui gelarnya sebagai Brawijaya ke 9, namun anggota dan para pengikut setia majapahit menganggab bahwa beliau adalah Raja majapahit, karena wahyu keprabon yang turun padanya, meski tidak membawa nama kerato majapahit lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar