Sedulur papat kalima pancer merupakan salah satu pemahan masyarakat jawa yang mendalami tentang jati diri manusia. Mungkin sudah banyak masyarakat yang mendengar kata sedulur papat tapi tidak paham apa itu sedulur papat. Dalam kepercayaan msyarakat jawa sedulur papat adalah saudara gaib manusia yang sudah di kodratkan mendampingi manusia sejak ia lahir. Sedulur papat sebenarnya kesatuan dengan pancer/sukma, ketika manusia mati sedulur papat ini akan menyatu menjadi satu dan menyatu dengan sukma kita, yang setelah itu di sebut sebagaik roh leluhur / sukma/ arwah..
Masih banyak pemahaman lain tentang sedulur papat ini. Karena memang Banyak orang yang tidak memahami bahwa sedulur papat adalah kegaiban berdimesnsi tinggi yang sulit sekali untuk di temui. Untuk mengetahui kebenaran atau hakikat dari sedulur papat ini maka kita harus mampu bertanya jawab dengan gaib berdimensi tinggi yang dapat menjelaskan keterangan akurat tentang saudara gaib ini. Ataupun banyak sekali praktisi spiritual yang mempelajari sedulur papat dengan laku tirakat , agar mereka dapat bertemu dengan sedulur papat mereka.
Bagi manusia yang baru lahir maka sedulur papat mereka belum menyatu, roh ari ari dan kawah masih berada di tempat penanaman ari ari. Sedangkang getih dan pusar bersama kita. Jadi manusia yang baru lahir akan di ikuti kedua saudaranya yaitu getih dan pusar dan yang dua lainya terpisah. Itulah kenapa banyak sekali ilmu jawa yang tujuanya untuk menyatukan sedulur papat agar menjadi lengkap.
Ada banyak sekali pandangan tentang saudara gaib ini, mulai dari jawa kuno, hindu, islam kejawen maupun agama islam. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa sedulur papat berada di arah mata angin yaitu utara, timur selatan dan barat. Namun pandangan orang jawa mengatakan sedulur papat adalah Kakang Kawah (paling tua), Adi Ari-ari (paling muda), Getih (darah), dan Pusar, sedangkan kita sendiri disebut Pancer. Semua itu kembali lagi pada kepercayaan dan bahasa masing masing.
Sebenarnya pemahaman dari berbagai sudut pandang jika saya analisa maka akan menciptakan jawaban yang hampir sama misal saja menurut agama hindu sedulur papat ini di percaya berada di arah mata angin yang disebut tirtonoto , wudijaya, purbangkara dan sinotobrata.
Menurut agama islam ke empat tersebut di namakan qorin yang melambangkan nafsu manusia dan disebut Aluamah , supiah, mutmainah dan amarah. Dan masih banyak lagi pemahaman dari sudut pandang yang berbeda.
Dari pemahaman penulis setelah penulis mencari tau kebenaran dari berbagai sudut pandang, ternyata dari tiga sudut pandang yaitu jawa kuno, hindu dan islam memiliki kesamaan, hanya saja sebutan nama yang tidak sama.
Jika sudut pandang itu saya samakan maka akan menjadi seperti ini :
Mutmainah / tirtonoto yang berada di timur berwarna putih yang sebenarnya mengambarkan kakang kawah. Sesajinya adalah nasi putih / bubur putih. Di dalam ajaran spiritual islam di lambangkan budi lan rasa di ibaratkan anasir air yang berhubungan dengan kebaikan dan kesucian.
Aluwamah / Warudijaya yang berada di utara berwana hitam, biyasanya sesajinya mengunakan bubur ketan hitam / nasi hitam yang melambangkan tali pusar. Di dalam ajaran spiritual islam di lambangkan cipta dan ripta yang di ibaratkan anasir bumi yang sudah mengenal baik dan buruk.
Supiyah / purbangkara yang berada di selatan berwarna merah. Sesajinya bubur merah yang menggambarkan darah/getih. dalam ajaran spiritual islam di lambangkan gerak dan diam yang di ibaratkan anasir angin, berhubungan dengan masalah kesenangan, yang jika tidak dikendalikan akan menyesatkan jalan hidup kita.
Amarah / Sinotobrata yang berada di barat berwarna kuning. Sesajinya bubur kuning yang di gambarkan sebagai adi ari-ari. dan di ibaratkan sebagai anasir api, berkaitan dengan emosi. Jika tidak dikendalikan, ia sangat berbahaya karena akan mengarahkan manusia kepada perbuatan dan perilaku yang keji dan rendah.
Jadi anda tidak perlu mendebatkan masalah sedulut papat ini yang ternyata anda sendiri tidak pernah melihat sosoknya dan kenyataanya. Kalo hanya dari cerita, anak kecil lebih pintar dalam membuat cerita apalagi guru bahasa indonesia.
Jika di tafsirkan dari pewayangan bisa di artikan sebagai berikut, yaitu cipta, rasa, karsa, karya dan jati diri manusia. Hal itu disimbolkan dengan tokoh-tokoh dalam cerita wayang. Cipta disimbolkan sebagai tokoh Semar, rasa sebagai tokoh Gareng, karsa sebagai Petruk, karya sebagai Bagong dan jati diri manusia sebagai tokoh ksatria.
Adapula yang mengatakan Manusia telah diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna. manusia dilengkapi 4 unsur yaitu: Angan-angan. Budi . Pakarti dan Panca indera dan satu yang menjadi inti unsurnya, yaitu HIDUP. Semua kembali pada sudut pandang masing masing, tetapi jika di satukan akan memiliki kesamaan makna.
Menurut penilaian penulis secara logikanya sedulur papat adalah nama dari bahasa jawa, jadi yang lebih tepat adalah kawah, ari ari, pusar dan getih. Sedulur inilah yang sebenarnya di sebut sedulur papat karena dari bahasa jawa.
Bila kita berbicara secara islam, maka bukan lagi sedulur papat melainkan qorin manusia, yang menjadi nafsu pada tiap tiap manusia dan di sebut dengan aluamah, mutmainah, supiah dan amarah.
Bila saya kaji lebih dalam lagi sebenarnya kempat ini dapat di satukan menjadi satu. Dan biyasanya masyarakat jawa melakukan tirakat dan berpuasa untuk menyatukan mereka agar menjadi sempuna. Pada ajaran islam di jelaskan bahwa qorin itu adalah pembawa nafsu, yang tidak bisa di pisahkan dengan manusia, dan jika mampu mengendalikan qorin maka jiwa manusia seakan akan terbebas dari penjara dan kehidupanya menjadi ter arah penuh kesadaran ilahi.
Semua agama mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menuju Tuhannya, namun yang perlu diketahui, agama itu bukan berasal dari akal ataupun jiwa atau nafsu, namun agama itu pelajaran ruh, artinya hanya ruh yang dapat menerima pelajaran agama. dalam islam terdapat tataran sareat, torekot, hakikat, dan ma’rifat, sebenarnya keempat tataran tersebut, sudah lengkap di dalam diri manusia sejak manusia itu di dalam rahim, tanpa terasa setelah lahir, terdapat berjuta hijab atau tabir yang menutup manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Inilah yang disebut perang terbesar, penuh dengan tipu daya, lidah dunia tidak dapat di pegang dan dipercaya.
Empat anasir menjadi lambang dari unsur manusia dan unsur alam semesta yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
Ke’empat anasir/elemen itu ada pada darah manusia berupa:
1. Darah merah sebagai lambang semangat manusia juga amarahnya manusia.
2. Darah kuning sebagai lambang karunia, harta benda dan kejayaan manusia.
3. Darah hitam sebagai lambang kesabaran, kekuatan, keabadian manusia.
4. Darah putih sebagai lambang kemulia’an, kejujuran, kefitrahan manusia.
Adapun di alam semesta juga sama ada empat unsur yaitu :
1. Merah sebagai lambang api.
2. Kuning sebagai lambang angin.
3. Hitam sebagai lambang tanah/bumi.
4. Putih sebagai lambang air.
Semua unsur diatas bisa menjadi baik dan bisa menjadi buruk, tergantung perilaku manusia itu sendiri. Segala nafsu dalam ajaran islam jawa dikenal dengan istilah empat nafsu yaitu aluamah, supiyah, amarah, mutmainah. Dalam ilmu kejawen tersebut sedulur papat. Dan kekompakan dari ke’empat nafsu tersebut, bisa menghasilkan konsentrasi tingkat tinggi dan menjadikan manusia utama yang sempurna.
Sedulur papat secara islam yang di ajarkan oleh para sunan di jawa yang di sebut sebagai nafsu manusia memiliki beberapa artian sebagai berikut :
1. Aluamah
Nafsu Aluamah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia kearah berani membunuh dan kejam apabila diganggu oleh orang lain disimbolkan warna hitam sebagai perwujudanya kulit Selemah apapun manusia di dalam dirinya terdapat sifat kejam/pembunuh dan ingin berontak maka jangan anggap orang lemah itu tidak punya keberanian untuk membunuh. Ada pepatah cacing saja diinjak melawan apalagi manusia.
Secara ilmiah sifat Aluamah itu menjadi pertanda bahwa setiap manusia hidup membutuhkan tanah sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia tidak makan zat tanah akan mati maka dapat di pastikan di dalam tubuh tiap manusia mengandung dzat tanah.
2. Supiyah
Nafsu Supiyah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia kearah pemujaan terhadap kemegahan dan kemewahan harta dan benda duniawi saja disimbolkan warna kuning sebagai perwujudannya air kuning. Jadi seorang alim apapun di dalam dirinya ada keinginan untuk kesenangan duniawi/kaya walaupun 0.1 % saja oleh karena itu jangan munafik dengan harta dunia.
Secara ilmiah sifat Supiyah itu menjadi pertanda bahwa setiap manusia hidup membutuhkan Angin/udara 02 sebagai salah satu sumber kehidupan, dengan kata lain,,, manusia tidak menghirup udara akan mati, dapat dipastikan di dalam tubuh tiap manusia mengandung udara 02.
3. Amarah
Nafsu Amarah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia kearah politik, kecerdasan yang cenderung sombong (pemarah, merasa pandai yang tidak mau dilampaui orang lain) di simbolkan warna merah sebagai perwujudannya darah merah Jadi sesabar apapun manusia di dalam dirinya terdapat sifat amarah apabila di ganggu orang lain teramat sangat ia akan marah dan jika tidak dapat dibendung lag.
Secara ilmiah sifat Amarah itu menjadi pertanda bahwa setiap manusia hidup membutuhkan api sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia tidak api/panas tubuh akan mati maka dapat di pastikan di dalam tubuh tiap manusia mengandung api/suhu panas.
4. Mutmainah
Nafsu Mutmainah sebagai perwujudan sahabat hidup manusia yang selalu menginginkan dan mengajak manusia mengutamakan nafsu ibadah kepada tuhan yang Maha Esa di simbolkan warna putih sebagai perwujudannya darah putih. Jadi sejahat apapun manusia di dalam dirinya ada keinginan untuk berbuat baik dan prinsifnya tidak ada orang jahat itu 100 % jahatnya.
Secara ilmiah sifat Mutmainah itu menjadi pertanda bahwa setiap manusia hidup membutuhkan air sebagai salah satu sumber kehidupan dengan kata lain manusia tidak minum akan mati maka dapat dipastikan di dalam tubuh tiap manusia mengandung air.
Secara ilmu geologi bumi ini salah satu faktor yang harus ada adalah air.
jika manusia mampu mengendalikan saudara gaibnya maka manusia akan mampu mengarahkan dirinya pada jalan yang di kehendaki Tuhan. Sebaliknya jika manusia tidak mampu menegendalikanya maka akan terombang ambing dalam jurang keburukan. Itulah kenapa banyak sekali kepercayaan bahwa barang siapa yang mampu bertemu saudara kembar maka ia akan di bimbing / di momong. Namun sebenarnya yang membimbing kita bukanlah saudara kita melainkan sukma sejati kita sebagai pancer yang penjadi patokan hidup.
Sedulur papat dan pancer sebenarnya adalah satu, ketika manusia mati sedulur papat ini akan menyatu dengan pancer dan membentuk sukma. Yang sering kali di sebut sebagai roh leluhur, ataupun sukma leluhur.
Namun sukma / jiwa orang yang telah meningal bukanlah ruh (nyawa ) pada seseorang.
Hal ini di buktikan dari fenomena seseorang yang meraga sukma. Seseorang yang meraga sukma akan mengeluarkan sukmanya atau tubuh astralnya untuk berjalan jalan dengan dimensi lain. Bila mana seseorang menyamakan sukma dengan ruh nyawa, pastinya jasadnya akan mati. Namun tidak demikian, ruh nyawa selalu melekat pada jasad dan ruh nyawa bukanlah sukma leluhur atau roh leluhur yang sering kita dengar. Bila mana jasad tidak lagi mampu membawa ruh maka otomatis jasadnya akan mati dan di sebut meningal dunia. Namun bila yang lepas hanya sukmanya/tubuh astralnya maka jasadnya belum disebut meningal.
Jadi yang mendampingi seseorang atau menjadi khodam yang di sebut sebut sebagai sukma leluhur atau sukma orang lain yang telah meninggal adalah kesatuan dari sedulur papat/tubuh astral. Dan itupun didalam islam masih dikategorikan jin. Karena apa, sukma tersebut masih meminta sesaji/makanan. Masih juga mengoda seseorang, nah secara logika ruh manusia itu tidak membutuhkan makanan, jadi yang menjadi kodam pendamping atau khodam leluhur dari jenis sukma bukanlah roh manusia yang sesungguhnya.
Manusia di berikan sedikit pepahaman tentang roh, tidak ada yang mengetahui banyak hal tentang roh setelah mati, namun semua itu sudah di tuangkan dalam kitab Al qur’an tentang alam setelah kehidupan didunia.
Manusia sebenarnya tidaklah mati, mereka hanya berpindah alam untuk memper tangung jawabkan perilaku semasa hidupnya.
Ketahuilah bahwa ruh manusia tidak terikat dengan nafsu, itu kenapa saya mengatakan ruh manusia berbeda dengan sukma sukma manusia yang konon masih berada disekitar kita. Kareana sukma yang menjadi khodam ataupu leluhur itu masih memiliki nafsu, dan itu berasal dari kesatuan sedulur papat manusia dengan sukmanya yang membentuk satu sukma. Yang ketika seseorang itu meningal sukma ini akan tetap berada disekitar manusia. Yang mati tertabrak di jembatan sukmanya akan berada disekitar jembatan.
Namun saya kembalikan lagi pada akidah agama islam sesuai keyakinan saya, bahwa sukma itu tetap dari golongan jin karena masih memiliki nafsu, contoh kecilnya pasti ia masih merasakan sakit ataupun sedih. Dan itu Bukanlah asli ruh manusia. Ruh manusia akan berada di alam yang sudah ditentukan oleh Tuhan yaitu alam barzah dan tidak ada seorangpun yang mengetahui.
Kelebihan mendayagunakan sedulur papat
Dari pengalaman penulis, papat kalima pancer sangat bagus untuk tujuan pengobatan dan pagaran gaib badan. Berbagai keluhan santet dan guna guna pada pasien dapat segera dilunturkan dengan mengandalkan karomah ilmu ini. Seolah seperti ada sebuah magnet atau lem, maka berbagai benda jahat yang masuk ditubuh pasien dapat diangkat tanpa kesulitan bahkan melalui jarak jauh. khodam di dimensi gaib sangat sungkan dan cenderung takut dengan mereka yang mengamalkan Papat kalima pancer.
Terlebih bila ada “ variasi” tertentu dalam amalan yang dibaca, yang menyebabkan rasa panas bagi hodam hodam jahat bila berada di range / jangkauan aura sang pengamal. Pendek panjangnya jangkauan aura pengamal sangat ditentukan besar kecilnya power batin yang dimiliki. Untuk pengamal senior jaraknya bahkan bisa ber kilo kilo meter pada kondisi maksimal. Karena berasal dari tubuh si pengamal sendiri, maka papat kalima pancer sangat paten utk pagaran badan dan anti serangan gaib. Sifat kekuatan yang lahir secara internal dan tidak mengandalkan hodam eksternal ( dari luar tubuh ), membuat pengamal relatif aman dari efek samping keberadaan hodam dalam tubuh.
Kekuatan pagaran dapat digunakan untuk membentengi orang lain, benda lain atau sebuah wilayah / objek tertentu seperti gedung atau sebidang tanah dari ancaman gangguan gaib dan niat jahat manusia. Saudara sadulur batin juga mustahil berkhianat dan disugesti orang lain utk menyerang sang pengamal. Karena mereka paham, bila tubuh fisik pengamal sakit atau mati, artinya kematian pula bagi mereka. Papat kalima pancer sangat bergantung kepada pengamal sebagai pancer utama / saudara pokok. Untuk itulah mereka akan mati matian membela sang majikan dari berbagai serangan gaib, bahkan membantu kerejekian utk kelangsungan hidup sang pengamal.
Berbeda dengan sadulur papat, maka sifat aliran keilmuan lain biasanya mengandalkan hodam eksternal. Dan pada kondisi tertentu bisa saja di “bajak” dan diambil oleh orang lain utk balik menyerang sang empu. Karena dalam dunia hodam berlaku hukum rimba. Siapa memiliki kekuatan lebih besar, dialah menjadi pemenang dan majikan. Jadi sudah sangat lumrah khodam / pasukan jin seorang praktisi spiritual dirampas dan dijadikan pasukan oleh paranormal lain. bahkan menyerang balik menjadi senjata makan tuan.
Pada perkembangan selanjutnya, sadulur papat sering dimanfaatkan sebagai sarana trawangan dan tempat bertanya yang bisa di percaya bagi si pengamal bahkan ke arah ilmu rogoh sukmo. Tentu hal ini memerlukan lathian khusus yang mengarah ke ilmu kodam, meditasi dan penajaman mata batin. Tidak ada ilmu yang sempurna, begitulah kira kira kalimat yang pas untuk semua jenis keilmuan dalam dunia ini. Kelemahan papat kalima pancer adalah cenderung tidak bisa dipergunakan untuk melakukan penyerangan. Karena sifatnya sebagai “ilmu putih”, maka keilmuan satu ini tidak bisa dipergunakan untuk hal hal negatif, apalagi menyakiti orang lain. Namun demikian ilmu ini cukup dasyat bila dipergunakan untuk membalas serangan musuh. Bahkan pengamal yang terlatih dapat membalikan beberapa kali lipat serangan musuh sesuai dengan kehendaknya. Ini dikarenakan sifat dasar sebagai ILMU YANG BEKERJA KETIKA DIZHALIMI. Untuk itu pengamal disarankan membekali diri dengan ilmu lain yang berbasis pukulan seperti brajamusti, lebur saketi, lampah lumpuh dll bila ingin maksimal baik di pertahanan maupun penyerangan.
Modifikasi sedemikian rupa keilmuan papat kalima pancer hingga bisa digunakan menyerang secara teoritis mungkin dapat dilakukan, namun begitu hal itu masih menjadi perdebatan pro kontra, karena bila pun ada, tidak banyak yang mampu melakukannya. Wallahu a’lam Dari observasi penulis ada beraneka ragam bentuk kalimat / mantera pemanggilan sadulur papat. Tiap aliran memiliki kekhasan masing masing yang masih dipengaruhi unsur budaya setiap daerah. Ada versi pendek, versi panjang, versi bahasa jawa, versi bahasa sunda dan lain sebagainya. Bahkan penggabungan dengan nafas ayat ayat Islami pada perkembangan berikutnya.
Bagi pembaca yang ingin mempelajari sadulur papat disarankan berkonsultasi dengan para guru senior yang telah mengamalkannya. Hal ini untuk mempermudah murid mendaptkan pencerahan dan akhirnya mampu bertemu dengan sang dulur batin, sang sejati nya manusia. Pada beberapa aliran sering disebutkan bahwa bila pengamal telah berhasil bertemu dengan kembarannnya, mereka dianggap telah berbasil menemui jati diri manusia sebenarnya. Di perguruan tertentu, untuk mempelajari sadulur batin harus melalui pengijasahan minimal tahap kedua, yakni melibatkan totokan dan pemberian energi pancingan guna “membangkitkan” dan mengaktifkan sadulur papat.
Tanpa totokan tersebut, pembacaan mantera hanya merupakan hal sia sia belaka. Sebagai penutup,... papat kalima pancer merupakan sebuah perwujudan dan manifestasi tertinggi dari hubungan harmonis antara dunia gaib dan dunia fisik manusia. Di dalamnya terkandung makna transedental dan bentuk penyatuan sempurna dengan alam semesta, dimana nilai nilai kemanusiaan dijunjung tinggi dan kebenaran menjadi landasannya. Semua itu akan mengembalikan manusia ke fitrah asal sebagai mahluk tertinggi Ciptaan Yang Maha Kuasa.
Tambahan
Beberapa aliran hikmah juga menganti nama sedulur papat dengan nama malaikat yaitu jibril, mikail, izrofil dan izroil.
Sebenarnya ini juga sama saja.
Namun khodam dari keilmuan malaikat papat di atas bukanlah malaikat sesuai namanya, itu tetap sedulu papat kita, yang dulu sudah di rubah agar pola pikirnya lebih islami.
Kakang kawah dan lainya sebenarnya juga tidak punya nama, namun orang kejawen menamakan itu kakang kawah adi ari ari, getih dan puser sesuai alurnya.
Jadi beberapa wali ada yang merubahnya dengan menyamakan nama malaikat.
Pada hakekatnya sedulur papat tidak punya nama, jadi anda tidak perlu mendebatkan nama yang di yakini oleh setiap praktisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar